Asal Tulis: #4 Dariku, Untukmu.

Tak terasa, sudah beberapa tahun kita mengenal satu sama lain. Beberapa masalah dan perbedaan mulai muncul. Salah satunya, yang mungkin memuncak, ialah saat aku memberi hati, kau menolaknya.

Saat hati mulai menemukan sesosok yang dirasa tepat, justru ia tersakiti. Tetapi ia tidak pernah lelah terhadap rasa sakit.

Aku kuat, lirih hati.

Rasa sakit yang bertubi-tubi datang, tidak pernah membuatnya berhenti. Karena hati telah jatuh pada seseorang, kamu.

Saat hati telah jatuh, segala hal tidak ada yang salah. Bahkan sesuatu yang tidak masuk logika pun, dirasa benar. Seolah, semua hal dapat dilakukan olehnya, dianggap sebagai sebuah bentuk perjuangan.

Saat hati telah jatuh, segalanya tidak dihiraukan kembali. Perlakuan yang tidak baik, tak pernah dihiraukan. Perlakuan biasa, justru membuat hati jatuh semakin dalam. Hirauan dari semua orang tidak lagi didengarkan. 

Saat hati telah jatuh, seonggok harapan kemudian muncul. Meskipun peluang kejadian telah mendekati kosong. Harapan itu akan terus dan selalu muncul, apapun yang terjadi.

Saat jatuh hati, seolah hanya orang itu yang bersinar. Kamu.

Namun, kamu menolaknya. 

Seolah muncul sebuah pertanyaan:

Siapakah yang bodoh? Aku atau hatiku? 

Logika berusaha berulang kali menampar hati, menyadarkannya. Tapi tetap saja, hati bersikeras, aku kuat.

Surakarta,

30 Juli 2018.

Komentar

Postingan Populer